Eleftheria
Kebebasan bagi apapun bukan berarti benar-benar bebas, bahkan untuk sebesar negara pun masih tidak benar-benar bebas, masih ada Kapitalisme, Perang saudara, bahkan Kelicikan dan Kemunafikan. Tulisan kali ini tidak bersifat objektif dengan data-data para Cendekiawan. Untuk seorang manusia, Kebebasan pun masih bisa dibelenggu oleh hal-hal berat duniawi (plural).
Kalau kalian sering dengar, semakin buruk pikiran seseorang harus dituangkan kedalam tulisan, betul, hal tersebut saya validasikan oleh diri saya sendiri dan mencari faktanya. Ada satu kalimat yang muncul dikepala saya tapi, ini tidak sepenuhnya benar; Bahwa
Setiap racun punya penawarnya, tapi tidak semua penyakit punya obatnya.
12 Tahun saya menyimpan penyakit ini, Minggu lalu batin saya didiagnosa oleh ahlinya itupun saya paksakan karena saya berpikir masih mampu, saya bahkan memberikan cerita yang jujur tanpa ada kebohongan sedikitpun, ternyata masalah saya sudah masuk ke jenjang masalah yang serius. Ini merupakan pertama kalinya selama mulut dan otak saya sering berdebat untuk bilang “Jangan” dan “Kesana”. Setiap kejadian mempunyai Triggernya termasuk saya. Justifikasi manusia dengan berkata orang pergi ke Ahlinya disebut orang lemah membuat saya bertahan selama 12 Tahun, dan saya terpaksa menjalani terapi karena saya tidak mau hidup dengan mengorbankan genetik saya untuk masa depan saya, bukan waktu yang sebentar memang untuk menjalani jangka panjang ini.
Terasa bosan? Sudah dibilang ini bukan tulisan berdata, saya hanya ingin menuangkan racun, bahkan saya terlihat jijik sebenarnya untuk menulis seperti ini, sayangnya, setiap manusia sering menjadikan permasalahan sebagai sebuah perlombaan, seakan mereka seperti mempunyai mandat dari atasannya untuk terus bekerja sampai tali finish. Percayalah saya ketika di tes gambar saja, gambar saya sudah abstrak. Demi saya dan masa depan saya semua saya lakukan, karena anak kita tidak pernah meminta untuk dilahirkan.
Semakin dewasa ternyata seorang manusia makin tertempa dirinya. Dulu saya pikir cita-cita saya adalah seorang Dokter, Pemain bola, dan Akademisi apapun itulah, ternyata realistisnya adalah saya hanya ingin menjadi orang yang memiliki Stabilitas Finansial dan Kejiwaan. 12 Tahun saya hanya menanam cerita yang suatu saat akan menjadi Bom untuk diri saya, tenang! walau saya hampir puluhan kali melakukan percobaan, saya punya alasan tersendiri untuk tetap melakukan tebar benih untuk orang disekitar dan siapapun itu. Setelah ini komentar seseorang dalam hatinya akan seperti ini “Sok iya, ga liat kah lu juga nyakitin seseorang dan berlagak paling tertimpa, ngaca!” Tertebak sudah pendapat orang-orang. Sembuh saja cukup untuk menjadi pedoman saya dan doa saya.
Semangat!
BalasHapus